Terhitung
mulai tanggal 27 Juli 2016 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
mempunyai Bapak baru, yakni Prof. Muhadjir Effendy menggantikan Bapak
Anies Baswedan yang telah menjabat selama 21 bulan.
Prof. Muhadjir Effendy merupakan mantan Rektor kelima Universitas
Muhammadiyah Malang (UMM). Dia juga Guru Besar Sosiologi Jurusan
Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Malang dan menjabat Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang membidangi
pendidikan, penelitian dan pengembangan, dan kebudayaan.
Dalam pesan pertamanya sebagai Mendikbud baru, Prof. Muhadjir Effendy
memberikan sedikit angin segar kepada guru-guru yang selama ini
'ditekan' dengan segala peraturan dan ancaman-ancaman sanksi sehingga
cukup mempersempit ruang gerak dan kesempatan guru berkreasi di dalam
kelas. Beragam perangkat dan berkas-berkas dokumen pembelajaran sampai
kenaikan pangkat cukup menyita waktu guru sehingga banyak terjadi di
lapangan guru-guru yang seharusnya mengajar di dalam kelas malah harus
bersibuk-ria dengan tetek bengek dokumen.
Berikut ini saya kutipkan pesan pertama Prof. Muhadjir Effendy dalam kesempatannya sebagai Mendikbud baru.
 |
Kiri: Mendikbud baru Prof Muhadjir effendy. Kanan: Mendikbud lama Prof Anies Baswedan |
Pesan Pertama Prof Muhadjir Effendy sebagai Mendikbud
"Guru adalah kunci kesuksesan pendidikan generasi penerus. Karena itu
guru harus benar-benar cakap, kompeten dan profesional dalam
melaksanakan tugas mendidiknya.
Untuk itu seharusnya "guru datang
dari kelompok warga bangsa yang cerdas, punya idealisme, berpandangan
luas, dan dedikasi yang tinggi."
Pemerintah berkewajiban mengembangkan
iklim kerja pendidik yang benar-benar kondusif dan inspiratif agar guru
berkembang dan maju. "Selama ini guru -diperlakukan- sama saja dengan
pegawai yang lain seperti pegawai administrasi pada umumnya. Lebih buruk
lagi iklim kerja yang hanya mendisiplinkan guru dengan menakut-nakuti
dengan sanksi-sanksi seperti pencabutan tunjangan pendidik, hambatan
kenaikan pangkat dsb., tidak mendidik dan tidak mendorong guru untuk
maju."
Iklim kerja seperti itu harus ditinggalkan karena hanya cocok
untuk kuli tanam tebu jaman _kulturstelsel_ dan tidak mengundang
putra-putra terbaik bangsa untuk menjadi guru.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan dirinya
akan membangun pendidikan di Indonesia baik dari segi sarana dan
prasarana maupun sumber daya manusia pendidiknya yang menyesuaikan
dengan kebutuhan di Indonesia. Mendikbud mengatakan kendala dalam
pembangunan sarana dan prasarana
pendidikan serta pengembangan SDM pendidik telah menjadi masalah klasik.
"Kita lihat mana yang paling urgent. Tidak bisa dibilang seimbang, mana
yang harus diprioritaskan karena kita punya anggaran yang terbatas,"
kata Muhadjir ditemui usai pelantikan sejumlah menteri baru Kabinet
Kerja di Istana Negara, Jakarta pada Rabu.
Dia menilai untuk meningkatkan kapabilitas SDM di bidang pendidikan,
kementerian akan meningkatkan fungsi-fungsi di program yang sebelumnya
telah dijalankan oleh kementerian.
Ada program pemberian insentif untuk guru-guru, ada program-program
bagaimana supaya bisa meningkatkan kemampuan profesionalisme dan itu
nanti terus, jelas Muhadjir.
Selain itu, terkait SDM pendidikan, Menteri akan mempelajari lebih
lanjut mengenai perekrutan tenaga pengajar kontrak maupun honorer.
"Tentu saja itu tidak akan betul-betul selesai 100%, karena namanya
tenaga didik itu di mana pun selalu mengalir," kata Mendikbud yang
menggantikan posisi Anies Baswedan tersebut.
Muhadjir juga menilai sistem kurikulum pendidikan di Indonesia yang kerap berganti memiliki sifat yang berkesinambungan.
Dia mengatakan setiap semester dan per tahunnya ada evaluasi yang
dilakukan oleh kementerian terkait implementasi kurikulum tersebut.
"Sebenarnya itu kontinuum, sehingga nanti ketika akan berubah dari
kurikulum sebelumnya ke kurikulum berikutnya ada namanya krisis, ada
namanya masalah-masalah yang harus disesuaikan. Itu wajar," jelas
Muhadjir.
Demikian pesan-pesan dari Mendikbud Prof. Muhadjir Effendy.